Senin, Juni 16, 2025

Mengenal Anak SLB-A: Istimewa Bukan Berbeda! Berita Terkini Medan Sumut

Sekolah Luar Biasa (SLB-A) menjadi ruang penting bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk tumbuh, belajar, dan mengembangkan potensi mereka secara maksimal. Di balik proses pendidikan yang kompleks dan penuh tantangan ini, hadir peran penting para pekerja sosial.

Di SLB-A Karya Murni, salah satu sekolah khusus tunanetra di Kota Medan, Jl. Karya Wisata No. 6, Gedung Johor, Kec. Medan Johor, Sumatera Utara, keberadaan pekerja sosial menjadi penopang utama dalam mendukung kesejahteraan peserta didik secara menyeluruh.

Saya, Birgita Audrey Br Tarigan dengan NIM (220902096), mahasiswa semester enam Program Studi Kesejahteraan Sosial FISIP USU, dengan dosen pengampu Mata Kuliah Praktikum I (Individu dan Kelompok), Bapak Fajar Utama Ritonga, S.Sos., M.Kesos., dan Ibu Mia Aulina Lubis, S.Sos., M.Kesos., melakukan praktikum di SLB-A, Jl. Karya Wisata No. 6, Gedung Johor, Kec. Medan Johor, Kota Medan, Sumatera Utara.

Dalam keragaman dunia pendidikan, keberadaan Sekolah Luar Biasa (SLB) menjadi cerminan inklusivitas dan kepedulian terhadap anak-anak dengan kebutuhan khusus. SLB-A adalah sekolah yang diperuntukkan bagi anak-anak dengan hambatan penglihatan, atau yang dikenal sebagai tunanetra. Mereka bukanlah anak-anak yang “berbeda” dalam arti negatif, melainkan istimewa dengan cara mereka sendiri.

Sering kali masyarakat memandang anak-anak tunanetra hanya dari keterbatasannya, padahal mereka memiliki potensi yang luar biasa. Banyak di antara mereka menunjukkan kemampuan luar biasa dalam musik, teknologi, sastra, dan bahkan dalam ilmu pengetahuan. Dengan dukungan pendidikan yang tepat, seperti penggunaan huruf Braille, teknologi pembaca layar, dan metode pembelajaran multisensori, anak-anak SLB-A dapat berkembang secara optimal.

Namun, tantangan utama masih datang dari stigma sosial. Banyak masyarakat belum sepenuhnya memahami bahwa anak tunanetra tidak membutuhkan belas kasihan, melainkan kesempatan yang adil. Mereka tidak ingin dikasihani, tetapi dihargai. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk mulai membangun perspektif baru: bahwa inklusi bukan hanya tanggung jawab sekolah, tetapi tanggung jawab sosial kita bersama.

Dengan mengenal lebih dekat anak-anak SLB-A, kita belajar bahwa keterbatasan fisik tidak membatasi kecerdasan, kreativitas, dan semangat belajar mereka. Mereka bukanlah “berbeda” dalam makna yang memisahkan, melainkan “istimewa” karena mampu menginspirasi dalam keheningan, melihat dunia dengan hati, dan mengajarkan kita makna sejati dari ketekunan.

Poster

Comments

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru