Jumat, Juni 20, 2025

Menangani Anak yang Sulit Mengekspresikan Perasaan: Praktikum di Sanggar PKPA Medan Berita Terkini Medan Sumut

Bagi mahasiswa Kesejahteraan Sosial, pengalaman langsung di lapangan menjadi bagian penting dalam membentuk cara pandang dan kepedulian terhadap persoalan sosial yang nyata. Dalam mendapat pengalaman langsung di lapangan maka mahasiswa diharapkan dapat mengikuti praktik kerja lapangan (PKL) sehingga dari sinilah mahasiswa kesejahteraan sosial dapat menerapkan teori yang sudah dipelajari selama di kelas.

Sebagai bagian dari proses pembelajaran, maka seorang praktikan bernama Yolanda Oktari Br Bangun dengan NIM 220902050 dan dua teman lainnya dari jurusan Kesejahteraan Sosial menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Medan yang berlangsung dari bulan Maret sampai pada bulan Juni, dengan bimbingan Supervisior sekolah ibu Novita Sari S.Sos., M.Kesos dan mendapat arahan dari dosen pengampu mata kuliah Bapak Fajar Utama Ritonga S.sos, M. Kessos.

PKPA Medan adalah lembaga yang dikenal aktif dalam isu perlindungan anak dan advokasi sosial. Melalui keterlibatan langsung di berbagai kegiatan PKPA, praktikan mulai memahami bagaimana kerja sosial dilakukan secara nyata. PKPA adalah lembaga yang memperjuangkan terciptanya kepentingan yang terbaik bagi anak dengan advokasi kebijakan yang diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak serta menegakkan hak – hak anak melalui program yang dilaksanakan.

Sebelum Pratikan terjun kelapangan untuk menangani secara langsung, pratikan melakukan konsultasi dengan HRD lembaga Yayasan PKPA terkait mekanisme praktikum yang akan dilakukan oleh praktikan. Dimana HRD Yayasan PKPA menyarankan praktikan untuk bergabung ke salah satu unit yang di PKPA yaitu Unit Sanggar Kreativitas Anak (SKA) di Pinang Baris. Dimana praktikan juga akan mudah mendapatkan klien di SKA Pinang Baris.

Pada pertengahan bulan pertama, tahap awal yang praktikan lakukan adalah pengumpulan data dan FGD terkait PKPA khususnya unit PIKIR yang menjadi salah unit di Yayasan PKPA Medan. Kemudian dibulan kedua dan ketiga praktikan mulai mengikuti kegiatan di Sanggar Kreativitas Anak di Pinang Baris. Beberapa kegiatan yang dilakukan praktikan seperti ikut serta dalam pertemuan regular anak, ikut dalam pertemuan regular antara anak dan pemerintah, mengikuti pertemuan rutin dengan orang tua, serta ikut dalam kegiatan pengenalan soft skil dan hard skill kepada anak.

Setelah dua bulan ikut dalam kegiatan di SKA, terdapat satu anak yang menjadi klien saya dalam praktikum ini. Ia cenderung kurang percaya diri, pemalu, dan kurang mampu mengekspresikan perasaanya.

Dalam hal ini, praktikan memilih untuk membantu permasalahan klien dengan metode casework dengan tahapan-tahapan intervensi menurut Skidmore.

produk kecantikan untuk pria wanita

1. Penelitian (Study Phase)

Pada tahap awal ini, praktikan membangun hubungan profesional dengan klien untuk menciptakan rasa aman dan nyaman. Praktikan memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan kegiatan dengan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami oleh klien. Tahap ini bertujuan untuk membangun kepercayaan dan keterbukaan dari klien. Setelah hubungan awal terbentuk, praktikan menanyakan kesediaan klien untuk bekerja sama dalam proses intervensi terhadap persoalan yang sedang dihadapinya.

2. Pengkajian (Assessment)

Setelah klien menunjukkan keterbukaan, praktikan mulai melakukan pengumpulan data dan informasi lebih mendalam terkait permasalahan yang dihadapi klien. Teknik yang digunakan adalah dengan pendekatan pohon masalah untuk mengidentifikasi sumber utama persoalan. Dari hasil pengkajian, ditemukan bahwa klien mengalami kurang percaya diri, pemalu, dan kesulitan dalam mengekspresikan perasaannya. Informasi ini menjadi dasar dalam merancang intervensi yang sesuai dengan kebutuhan klien.

3. Intervensi (Perencanaan dan Penerapan Program)

iklan peninggi badan

        Berdasarkan hasil pengkajian, praktikan merancang strategi intervensi yang bersifat personal dan simbolik untuk membantu klien mengekspresikan emosinya. Metode yang digunakan antara lain:

• Pelaksanaan sesi konseling individu

• Kegiatan seni untuk mendorong eksplorasi klien

• Penulisan termometer emosi untuk mengenali dan mengukur intensitas perasaan dan Balon Harapan & Beban sebagai media untuk mengidentifikasi harapan dan tekanan sebagai refleksi emosional klien.

Praktikan melaksanakan intervensi ini secara bertahap dengan memperhatikan kenyamanan dan kesiapan klien dan selalu memberikan dukungan afirmasi positif kepada klien. Tujuan dari intervensi ini adalah untuk meningkatkan kesadaran emosional, kemampuan refleksi, serta keterampilan dalam mengekspresikan perasaan dan pikiran.

        Praktikan melaksanakan intervensi ini secara direct dan bertahap dengan memperhatikan kenyamanan, kesiapan klien dan selalu memberikan dukungan afirmasi positif kepada klien. Intervensi dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama, praktikan membangun hubungan awal (engagement & intake) dengan pendekatan ngobrol santai agar anak merasa nyaman. Selanjutnya dilakukan intervensi menggunakan media gambar, termometer emosi, dan balon harapan & beban untuk mengenali perasaan dan tekanan yang dirasakan anak. Tahap intervensi berfokus pada kegiatan ekspresi diri, mengenali emosi, serta mengelola harapan dan beban secara simbolik. Melalui balon harapan dan beban, klien melepaskan balon beban dan mendukung klien untuk mencapai harapan yang sudah dituliskan. Ketiga pendekatan ini selama 3 minggu mampu mendukung perkembangan kepercayaan diri dengan memenuhi kebutuhan psikologis dan emosional klien

Setelah serangkaian intervensi dilaksanakan dan tujuan mulai tercapai ditandai dengan peningkatan keberanian klien dalam berbicara dan mengungkapkan perasaan. Dalam tahap ini, praktikan menjelaskan bahwa proses pendampingan telah selesai karena tujuan utama intervensi telah tercapai. Praktikan juga memberikan penguatan positif terhadap kemajuan klien dan menyampaikan apresiasi atas kerja sama yang telah terjalin selama proses intervensi berlangsung.

Proses intervensi yang dilakukan dengan pendekatan simbolik dan personal melalui sesi konseling individu Kegiatan seni untuk mendorong eksplorasi klien, penulisan termometer emosi untuk mengenali dan mengukur intensitas perasaan dan Balon Harapan & Beban sebagai media untuk mengidentifikasi harapan dan tekanan sebagai refleksi emosional klien menunjukkan adanya perubahan pada klien, khususnya dalam hal keberanian untuk mengekspresikan perasaan dan berkomunikasi. Klien yang awalnya menunjukkan perilaku pasif, pemalu, dan tertutup, secara perlahan mulai memperlihatkan keterbukaan dan inisiatif untuk berbicara serta mengenali perasaan yang ia alami. Melalui pendekatan bertahap sesuai model intervensi Skidmore, praktikan membangun relasi yang aman dan suportif bagi klien, yang menjadi dasar dalam membangun kepercayaan diri dan keberanian diri. Hasil dari intervensi ini memperlihatkan bahwa upaya pendampingan sosial dengan pendekatan yang disesuaikan dengan karakteristik anak dan konteks emosionalnya dapat membuka ruang refleksi, pengenalan diri, dan pemulihan rasa percaya diri dalam proses yang bertahap dan penuh kehati-hatian.

Poster

Comments

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru