Selasa, Juni 17, 2025

Terasing di Tanah Sendiri: Upaya Pemulihan Klien ‘S’ Pasca Deportasi Berita Terkini Medan Sumut

Seorang mahasiswi Universitas Sumatera Utara yang bernama Dinda Afrisa BR Sagala telah selesai melaksanakan Praktek Kerja Lapangan sebagai pemenuhan laporan PKL 1. PKL 1 merupakan mata kuliah wajib pada Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial, FISIP USU, dengan supervisor sekolah selaku pembimbing, Bapak Dr. Husni Thamrin, S.Sos, MSP. PKL telah berlangsung selama kurang lebih 3 bulan, terhitung sejak tanggal 3 Maret 2025 dan berakhir pada 20 Juni 2025.

Tempat yang dituju untuk melaksanakan kegiatan PKL tersebut adalah Dinas Sosial Deli Serdang yang berada di Kw. Pemerintahan Deli Serdang, Jl. Medan-Tebing Tinggi, Tj. Garbus Satu, Kec. Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara 20551, dengan didampingi oleh Ibu Nur Onny Bulan selaku supervisor lembaga.

Dalam mengawali kegiatan di minggu pertama, praktikan melakukan perkenalan dengan beberapa staf di lembaga, sekaligus memberikan surat izin PKL dari pihak kampus, dan disambung dengan pemaparan singkat mengenai lembaga tersebut. Praktikan disambut dan diperlakukan dengan baik dan ramah.

Pada pertengahan Maret, kegiatan perdana praktikan diawali dengan turun lapangan. Praktikan diarahkan oleh Kak Hosana selaku sekretaris di Dinas Sosial untuk melaksanakan berbagai kegiatan, salah satunya mengunjungi sebuah desa di daerah Sibolangit, Deli Serdang. Di sana, kami mendatangi salah satu rumah korban bencana alam, yaitu kebakaran. Kami melakukan observasi dan asesmen terhadap korban, termasuk melihat langsung lokasi kejadian dan kondisi korban guna memastikan bahwa bencana tersebut benar-benar terjadi. Dengan begitu, kami dapat membantu mengurus dokumen yang diperlukan agar korban dapat menerima bantuan. Kegiatan ini dipandu oleh Bapak Ali, selaku penanggung jawab pekerja sosial di bagian penanganan bencana.

Selain melakukan observasi terhadap korban bencana kebakaran, praktikan juga melaksanakan beberapa kegiatan praktik lainnya selama berada di Dinas Sosial. Salah satunya adalah praktik mengunjungi lokasi di daerah Sibo Langit yang sebelumnya terdampak bencana sosial, yaitu tanah longsor. Di sana, kami meninjau kembali kondisi para korban pascakejadian tersebut. Praktikan juga mengadakan kunjungan ke Desa Bangun Purba, Deli Serdang, untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai salah satu program Dinas Sosial, yaitu pelatihan kepada tim survei untuk mendata orang miskin di desa tersebut. Selain itu, praktikan mengikuti rapat kerja yang dilakukan oleh DPR-RI Komisi VIII dan memberikan bantuan sepeda roda tiga kepada salah satu penyandang disabilitas. Masih banyak lagi kegiatan-kegiatan lainnya. Semua kegiatan tersebut selalu dibimbing dan didampingi oleh supervisor lembaga.

Kemudian, pada akhir Maret, praktikan meminta izin kepada pihak lembaga untuk merancang agenda kegiatan baru, yaitu melaksanakan praktik di UPT Rumah Perlindungan Sosial Deli Serdang yang berada di Jl. Dusun Banjar Negoro A, Sidodadi Ramunia, Kec. Beringin, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara 20552, yang merupakan salah satu program dari Dinas Sosial. Praktikan juga meminta izin untuk melakukan pendekatan kepada salah satu klien berinisial “S” guna melakukan asesmen terhadap masalah yang dimilikinya.

“S” merupakan seorang manusia terlantar yang telah dideportasi dari Malaysia dan ditemukan oleh warga di sekitar Bandara Kualanamu, Medan. Warga tersebut kemudian melaporkan temuan itu kepada pihak Dinas Sosial. Pada pertemuan pertama, “S” ditemukan dalam kondisi linglung, seolah tidak mengetahui harus ke mana. Saat diwawancarai oleh pekerja sosial dari Dinas Sosial Deli Serdang terkait identitas seperti nama, alamat, usia, maupun keberadaan keluarga, “S” tidak mampu mengingat apa pun.

produk kecantikan untuk pria wanita

Dalam proses asesmen awal, praktikan berusaha menjalin hubungan yang baik dengan “S”, sehingga dengan adanya kedekatan tersebut, “S” mulai mempercayakan dirinya kepada praktikan untuk bersama-sama menemukan solusi atas masalahnya. Untuk menambah kepercayaan “S” kepada praktikan, dilakukanlah sesi sharing ringan. Di sini, praktikan berperan sebagai motivator bagi “S”, menjadi penyemangat agar ia dapat keluar dari ketakutan atau masalah yang ia hadapi.

Praktikan menggunakan model intervensi case work yang dikemukakan oleh Zastrow. Dalam metode yang dikembangkan oleh Richmond, dikenal dengan istilah family casework atau social casework, yang ditujukan untuk menangani masalah klien demi keberfungsian sosial, termasuk keterlibatan keluarga atau kerabat dekat.

Proses Penyelesaian Masalah:

1. Penyadaran Akan Adanya Masalah: Praktikan memberikan pemahaman kepada “S” bahwa setiap manusia memiliki masalah dan bahwa setiap masalah selalu memiliki solusi. Praktikan juga memberi contoh masalah-masalah klien lain yang berhasil ditangani oleh lembaga.

iklan peninggi badan

2. Menjalin Relasi (Intake): Praktikan berusaha menjalin relasi mendalam agar “S” merasa nyaman dan mau menceritakan masalahnya secara terbuka, apalagi karena keluarganya belum ditemukan. Praktikan memberikan jaminan bahwa masalah yang diungkapkan akan dirahasiakan.

3. Pengembangan Motivasi: Praktikan membangun hubungan empatik dengan “S”, memberikan penghargaan atas kemajuan kecil, menetapkan tujuan realistis, dan memberikan edukasi serta dukungan mental. Praktikan juga memberikan contoh nyata orang-orang yang berhasil melalui masalah serupa.

4. Pengonseptualisasian Masalah: Dari wawancara menggunakan tools asesmen BPSS (Biologis, Psikologis, Sosial, Spiritual), serta bantuan dari psikolog dan catatan sipil, ditemukan bahwa:

  • “S” berusia 36 tahun, memiliki 1 anak, dan orang tua yang belum ditemukan.
  • “S” mengalami gangguan mental; ia sering linglung dan jawabannya berubah-ubah.
  • Sebelum dideportasi, “S” sempat dipenjara di Malaysia selama 2 tahun karena mencuri baju di dalam bus.

5. Eksplorasi Strategi Mengatasi Masalah: Praktikan memberikan berbagai strategi, seperti:

  • Memberikan motivasi dan dukungan.
  • Membantu menyembuhkan kesehatan psikis.
  • Menjamin bahwa lembaga siap membantu saat “S” mengalami tekanan.

6. Penyelesaian Strategi: Praktikan dan supervisor memutuskan melakukan mediasi, karena “S” tidak ingin suaminya dipidana. Maka dibuat surat perjanjian dengan saksi netral dan sanksi jika dilanggar.

7. Implementasi Strategi: “S” mulai menjalankan program, termasuk bimbingan konseling. Diharapkan ia bisa menyelesaikan masalahnya dan kembali hidup tanpa rasa takut.

8. Evaluasi: Praktikan menilai perkembangan “S” melalui observasi, wawancara, serta laporan dari pendamping sosial. Jika “S” menunjukkan kemajuan, maka program dianggap berhasil.

9. Terminasi: Praktikan menilai masalah “S” telah selesai. Ia kini mampu menjawab pertanyaan secara normal. “S” kemudian dipindahkan ke Tempat Rehabilitasi di Berastagi agar bisa mengembangkan bakatnya dan hidup mandiri.

Penanganan WNI terlantar di Bandara Kualanamu pasca-deportasi menunjukkan pentingnya kolaborasi antara mahasiswa, lembaga sosial, dan masyarakat. Melalui praktek kerja lapangan, mahasiswa berkontribusi dalam membantu individu yang membutuhkan. Proses intervensi mencakup pemahaman masalah, pengembangan relasi, dan penerapan strategi yang tepat, agar klien bisa kembali menjalani kehidupan secara lebih baik. Keberhasilan program ini terlihat dari perubahan positif yang dialami klien serta terciptanya lingkungan sosial yang lebih peduli dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

Poster

Comments

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru