Presiden Prabowo Subianto baru-baru ini menyampaikan seruan tegas kepada negara-negara anggota Developing Eight (D-8) untuk bersatu dalam membentuk kekuatan yang tidak hanya besar, tetapi juga berpengaruh di pentas global.
Dalam pidatonya yang menggetarkan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-11 D-8 di Kairo, Prabowo menegaskan bahwa persatuan adalah kunci untuk mewujudkan dukungan yang lebih kuat terhadap kemerdekaan Palestina.
“Tanpa persatuan, kita tidak akan menjadi kuat,” begitu ucapan Presiden Prabowo kepada 7 Kepala Negara yang hadir di Kairo.
Ucapan Prabowo ini sekaligus menegaskan pentingnya kolaborasi dalam mengatasi perbedaan antar negara-negara D-8. Negara-negara ini, yang mencakup Indonesia, Turki, Nigeria, dan lainnya, memiliki potensi luar biasa untuk bersatu dan memberikan dampak signifikan di dunia.
Dengan gabungan Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai USD 4,81 triliun pada 2023, D-8 menempati posisi sebagai kelompok dengan pertumbuhan ekonomi terbesar ketiga di dunia. Bayangkan, jika kekuatan ekonomi ini dipadukan dengan tekad politik yang bulat, maka D-8 akan mampu mengguncang dunia.
Namun, Prabowo menegaskan bahwa D-8 tidak boleh hanya menjadi blok ekonomi biasa. Organisasi ini harus berkembang menjadi sebuah gerakan global Selatan yang memperjuangkan tatanan dunia yang lebih adil dan inklusif, dengan kemakmuran bersama sebagai tujuan utama.
D-8 harus menjadi suara lantang yang mengedepankan keadilan, serta mendukung negara-negara seperti Palestina dalam perjuangan mereka untuk merdeka dan berdaulat.
Indonesia, yang akan memimpin D-8 mulai 2026, memiliki kesempatan emas untuk mengarahkan blok ini ke arah yang lebih baik.
Kini saatnya negara-negara D-8 untuk bersatu, bukan hanya untuk kemakmuran ekonomi, tetapi juga untuk mewujudkan dunia yang lebih adil dan damai, dimana setiap negara anggota, termasuk Palestina, dapat menikmati hak-hak dasar mereka.
Bersama, kita bisa lebih kuat!
Oleh Dede Prandana Putra (Pemerhati Sosial-Politik)