Jumat, Februari 7, 2025

Lanjutan Sidang Praperadilan, KPK Ungkap Perintah Hasto kepada Harun Masiku untuk Rendam Ponsel dan Stand By di DPP PDIP

TajukNasional Mantan kader PDIP Harun Masiku masih masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Percakapan terakhir Harun sebelum menghilang diungkap dalam sidang praperadilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Kamis (6/2).

Pernyataan Harun Masiku tersebut menjadi petunjuk penting bagi penyelidik dan penyidik KPK. Percakapan itu didapat dari penyadapan ponselnya saat operasi tangkap tangan (OTT) pada 8 Januari 2020, pukul 19.54 WIB.

Dalam persidangan, anggota Tim Biro Hukum KPK, Kharisma Puspita Mandala, membacakan tanggapan atas permohonan praperadilan yang diajukan oleh Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto.

Dalam percakapan yang diungkap, Harun diminta oleh seorang penjaga keamanan bernama Nur Hasan untuk merendam ponselnya di air dan melarikan diri.

“Atas perintah pemohon, Harun Masiku menghilang dan kabur sampai saat ini serta ditetapkan sebagai DPO oleh termohon,” ujar Kharisma dalam sidang.

Dalam kasus ini, Hasto bersama mantan kader PDIP Saeful Bahri dan Donny Tri Istiqomah diduga terlibat suap yang diberikan oleh Harun Masiku kepada mantan Komisioner KPU Wahyu Setiawan.

Menurut Ketua KPK Setyo Budiyanto, suap senilai 19.000 dan 38.350 Dollar Singapura diberikan agar Harun ditetapkan sebagai anggota DPR RI periode 2019-2024 dari Dapil I Sumsel.

Menghadapi praperadilan ini, KPK optimistis dapat membuktikan keterlibatan Hasto. Setyo menegaskan bahwa KPK memiliki bukti kuat dalam menetapkan Hasto sebagai tersangka.

“Kami sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Ini adalah pembuktian formal yang sudah kami siapkan,” kata Setyo dalam konferensi pers di Gedung KPK, Jakarta, Selasa (14/1).

Berikut adalah percakapan terakhir Harun Masiku sebelum akhirnya menghilang:

Hasan: Pak, ini ada anak-anak.

Harun: Iya.

Hasan: Bapak handphone-nya harus direndam di air, terus bapak standby di DPP.

Harun: Iya, oke, di mana disimpannya?

Hasan: Direndam di air, Pak.

Harun: Di mana?

Hasan: Enggak tahu deh saya, bilangnya direndam saja.

Harun: Gini saja, Pak Hasan, segera ini itu kita ke itu, apa namanya, aduh.

Hasan: Halo, Pak?

Harun: Naik motor saja, Pak.

Hasan: Ke mana?

Harun: Itu yang rumah dekat samping bis itu.

Hasan: Pinggir sini, Pak? Kali?

Harun: Iya, yang 20 itu.

Hasan: Iya, Pak.

Harun: Eh, yang nomor 10 itu atau di DPP?

Hasan: Ketemuan di situ saja, soalnya di SS enggak ada orang, Pak, saya enggak bisa tinggal.

Harun: Bapak di mana?

Hasan: Bapak lagi di luar.

Harun: Bapak suruh ke mana?

Hasan: Perintahnya Bapak suruh standby di DPP, lalu handphone-nya harus direndam di air.

Harun: Bilang di mananya?

Hasan: Terserah Bapak, apa saya mau rendemin atau gimana?

Harun: Bapak meluncur sekarang, saya tunggu di dekat Teuku Umar, naik motor saja.

Hasan: Iya, Pak.

Harun: Yang di pompa bensin dekat Hotel Sofyan.

Hasan: Oh, Cut Meutia.

Harun: Sekarang berangkat ya.

Hasan: Ya.

Poster

Comments

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru