Rabu, Desember 25, 2024

Lembaga Perempuan Papua Tegaskan Abdul Faris Umlati Orang Asli Papua

TajukNasional Menjelang penetapan calon gubernur dan wakil gubernur Papua Barat Daya oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), keaslian status Orang Asli Papua (OAP) dari bakal calon Gubernur Abdul Faris Umlati (AFU) menjadi perbincangan hangat. Polemik ini tidak hanya menjadi topik utama di kalangan masyarakat adat, tetapi juga menarik perhatian lembaga-lembaga adat dan aktivis perempuan di Papua Barat Daya.

Salah satu pihak yang paling vokal adalah Lembaga Adat Perempuan Papua Provinsi Papua Barat, yang dipimpin oleh Adoleina Kondologit. Dalam keterangannya kepada media, Adoleina menyatakan bahwa Abdul Faris Umlati, yang berasal dari Raja Ampat, adalah bagian dari OAP karena ia lahir dari seorang ibu Papua. Ia menolak anggapan bahwa AFU bukan bagian dari Orang Asli Papua, dan merasa perlakuan yang tidak adil terhadap AFU tidak bisa diterima.

“Sebagai perempuan Papua, kami tidak terima kalau AFU dianggap bukan orang asli Papua. Kami perempuan Papua tentunya merasakan apa yang dirasakan oleh mama dari AFU,” ujar Adoleina Kondologit saat konferensi pers di Sorong, Selasa (3/9/2024).

lembaga perempuan papua

Adoleina juga menjelaskan secara detail tentang garis keturunan AFU, yang berasal dari neneknya, seorang perempuan asli Sanoy dari Raja Ampat. Menurutnya, darah Papua yang mengalir dari nenek hingga ke ibunya, dan akhirnya kepada AFU, adalah bukti kuat bahwa AFU merupakan OAP. Ia mempertanyakan alasan di balik polemik ini, karena dari segi adat dan garis keturunan, AFU memiliki legitimasi penuh sebagai orang asli Papua.

“Neneknya AFU adalah perempuan Sanoy asli Raja Ampat. AFU lahir dari rahim dan darah perempuan Papua, jadi dari mana ada kesalahan saat dia menyatakan bahwa dia juga adalah orang asli Papua?” tegasnya.

Adoleina juga menekankan bahwa budaya atau politik tidak bisa memisahkan keturunan OAP dari darah perempuan Papua. Ia merasa bahwa persoalan ini telah dipolitisasi dan menegaskan bahwa Abdul Faris Umlati harus diakui secara adat sebagai bagian dari OAP.

“Kami sebagai perempuan Papua akan melindungi garis keturunan kami yang lahir dari rahim perempuan Papua. Itu tidak bisa dipisahkan oleh budaya luar ataupun oleh politik,” tambahnya.

Tidak hanya Lembaga Adat Perempuan Papua yang menyuarakan dukungannya terhadap AFU, tetapi juga aktivis perempuan di Papua Barat Daya. Lea Hendrika Klasjok, seorang aktivis perempuan yang berpengaruh di wilayah tersebut, turut memberikan dukungan tegas terhadap keaslian status AFU sebagai OAP. Ia menekankan bahwa AFU, yang lahir dari rahim seorang perempuan Papua asal Raja Ampat, memiliki garis keturunan dan darah Papua yang tidak bisa dipungkiri.

“AFU lahir dari rahim perempuan Papua Maya asal Raja Ampat. Dia memiliki garis keturunan dari neneknya yang asli Papua, dan hal ini tidak bisa disangkal,” ujar Lea Klasjok.

Lea juga mempertanyakan logika di balik penolakan terhadap keaslian AFU. Ia mencontohkan bagaimana perempuan Papua yang menikah dengan pria non-Papua tetap diakui sebagai perempuan Papua, dan mempertanyakan mengapa ibu AFU yang lahir dari perempuan Papua tidak mendapat pengakuan yang sama.

“Bagaimana bisa neneknya AFU adalah perempuan asli Papua, dan AFU lahir dari rahim mamanya, tetapi dia tidak diakui? Jelas dia juga adalah orang asli Papua yang harus diakui secara adat oleh MRP Papua Barat Daya,” tambahnya.

Lea Klasjok juga menegaskan bahwa Abdul Faris Umlati memiliki hak yang sama dengan kandidat lain untuk maju dalam pemilihan gubernur Papua Barat Daya. Menurutnya, AFU memiliki legitimasi penuh sebagai calon gubernur dan layak untuk dipertimbangkan oleh masyarakat Papua Barat Daya, terutama dengan latar belakang keturunan OAP yang jelas.

Dengan dukungan dari Lembaga Adat Perempuan Papua dan para aktivis perempuan, polemik terkait keaslian Abdul Faris Umlati sebagai Orang Asli Papua menunjukkan bahwa isu ini lebih dari sekadar persoalan politik, tetapi juga menyentuh aspek budaya dan adat yang mendalam di Papua. Pihak-pihak ini menekankan bahwa keturunan melalui garis ibu dalam budaya Papua tidak bisa diabaikan, dan AFU, sebagai anak dari perempuan Papua, harus dihormati dan diakui sebagai bagian dari komunitas adat.

Poster

Comments

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terbaru